Pada akhir-akhir ini banyak orang merasakan keprihatinan terhadap bangsa
ini. Mereka menyadari bahwa bangsa ini kaya, memiliki tanah luas dan
subur, lautan dan samudera, berbagai jenis tambang, hutan, dan
berbagai jenis kekayaan alam yang luar biasa jumlahnya. Akan tetapi,
dirasakan aneh, masih banyak rakyatnya yang miskin, mereka sulit
mencari pekerjaan sehingga terpaksa harus pergi ke laur negeri hanya
menjadi buruh dengan upah murah.
Banyak orang menjadi bertanya-tanya penyebab keadaan itu. Padahal sebenarnya kenyataan itu adalah sebagai akibat dari kualitas orangnya. Umpama mereka itu memiliki kepandaian dan ketrampilan, maka tidak akan menjadi buruh, dan apalagi buruh murah di luar negeri. Mereka menjadi pekerja seadanya dengan upah murah oleh karena kemampuannya juga sederhana. Dibayar murah oleh karena pekerjaan yang bisa dikerjakan juga hanya berharga murah.
Oleh karena itu yang diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka adalah meningkatkan kualitas kepintaran dan ketrampilannya. Sedangkan yang paling tepat untuk menjawab persoalan itu adalah pendidikan. Maka pendidikan pada jenjang apapun harus segera ditingkatkan kualitasnya. Siapapun yang ikut mengurus pendidikan harus segera sadar bahwa pendidikan tidak cukup hanya sebatas adanya, tetapi keberadaan itu harus diikuti oleh kualitas yang tinggi.
Selain itu seharunya segera disadari bahwa pendidikan yang tidak bermutu dalam arti tidak mampu mencerdaskan, memintarkan, dan membekali ketrampilan yang cukup hanya akan menjadikan generasi ke depan menduduki posisi pinggiran, berada di belakang, dan menjadi buruh. Menyelenggarakan pendidikan yang hanya berorientasi pada aspek formalitasnya belaka dan tidak memperhatikan mutu atau kualitas maka sama artinya dengan mengorbankan generasi mendatang.
Menyadari betapa cepatnya perubahan zaman sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan , teknologi, dan informasi, maka pendidikan seharusnya juga direvolusi terus menerus. Sekedar membuat kebijakan tambal sulam, misalnya sibuk mengurus dan menseragamkan kurikulum, menata ujian, tidak mempercayai guru, membuat birokrasi pendidikan semakin melelahkan, dan sejenisnya, semua itu hanya akan memperpanjang masa keterpurukan pendidikan. Maka, harus ada keberanian melakukan perubahan atau merevolusi pendidikan untuk menyesuaikan dengan tuntutan dan perubahan zaman yang semakin cepat.
Generasi ke depan, oleh karena mereka akan hidup pada dunia yang semakin sempit, persaingan semakin tajam, tantangan semakin bervariasi, perubahan semakin cepat, maka mereka akan lebih menggunakan akal dibanding otot. Pendidikan pun harus menyesuaikan dengan tuntutan tersebut. Memberikan pelajaran yang sekiranya tidak diperlukan oleh generasi yang hidup pada zaman sebagaimana digambarkan tersebut hanya akan menambah kesengsaraan generasi mendatang.
Atas kenyataan sebagaimana digambarkan tersebut pula, maka cara memandang pendidikan, cara memandang anak-anak, cara memandang bahan pelajaran, dan lain-lain juga harus diubah. Pendidikan yang sekedar hanya memberikan informasi yang tidak akan terjadi lagi dan juga tidak akan diperlukan, maka hanya akan merugikan para siswa. Para siswa dan mahasiswa harus dilihat dalam perspektif dunia mendatang dengan berbagai macam ciri-cirinya sebagaimana digambarkan di muka.
Kemampuan membaca dan mencipta harus dikedepankan dibanding sekedar mengenalkan kehidupan generasi yang sudah lewat. Pendidikan harus berorientasi ke depan dan bukan ke belakang. Cara berpikir dan bekerja yang diajarkan di sekolah dan di kampus harus disesuaikan dengan tuntutan zaman. Pendidikan tidak semestinya diformat bagaikan penjara, tetapi seharusnya dibuat sebagai tempat berlatih hidup di masa depan yang penuh dengan berbagai tantangan yang semakin rumit, cepat berubah, dan menuntut jawaban yang cepat dan tepat.
Pendidikan seharusnya memberikan bekal kepada generasi ke depan agar mampu bertahan dan bahkan menang di tengah persaingan yang semakin keras, luas, dan bervariatif. Memanjakan generasi masa depan dengan mengembangkan pendidikan ala kadarnya, hanya berorientasi formalitas, kurang memberi tantangan, dan sejenisnya, maka sama artinya dengan membiarkan bangsa ini ke depan menjadi mangsa bagi bangsa-bangsa lain yang lebih cerdas, berani, dan menyukai tantangan. Bangsa ini ke depan harus menang, maka generasi ke depan harus dibekali berbagai kekuatan, yaitu ilmu pengetahuan, teknologi, dan kemampuan profesional sebagai bekal untuk memenangkan persaingan yang semakin keras itu. Wallahu a�lam
Banyak orang menjadi bertanya-tanya penyebab keadaan itu. Padahal sebenarnya kenyataan itu adalah sebagai akibat dari kualitas orangnya. Umpama mereka itu memiliki kepandaian dan ketrampilan, maka tidak akan menjadi buruh, dan apalagi buruh murah di luar negeri. Mereka menjadi pekerja seadanya dengan upah murah oleh karena kemampuannya juga sederhana. Dibayar murah oleh karena pekerjaan yang bisa dikerjakan juga hanya berharga murah.
Oleh karena itu yang diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka adalah meningkatkan kualitas kepintaran dan ketrampilannya. Sedangkan yang paling tepat untuk menjawab persoalan itu adalah pendidikan. Maka pendidikan pada jenjang apapun harus segera ditingkatkan kualitasnya. Siapapun yang ikut mengurus pendidikan harus segera sadar bahwa pendidikan tidak cukup hanya sebatas adanya, tetapi keberadaan itu harus diikuti oleh kualitas yang tinggi.
Selain itu seharunya segera disadari bahwa pendidikan yang tidak bermutu dalam arti tidak mampu mencerdaskan, memintarkan, dan membekali ketrampilan yang cukup hanya akan menjadikan generasi ke depan menduduki posisi pinggiran, berada di belakang, dan menjadi buruh. Menyelenggarakan pendidikan yang hanya berorientasi pada aspek formalitasnya belaka dan tidak memperhatikan mutu atau kualitas maka sama artinya dengan mengorbankan generasi mendatang.
Menyadari betapa cepatnya perubahan zaman sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan , teknologi, dan informasi, maka pendidikan seharusnya juga direvolusi terus menerus. Sekedar membuat kebijakan tambal sulam, misalnya sibuk mengurus dan menseragamkan kurikulum, menata ujian, tidak mempercayai guru, membuat birokrasi pendidikan semakin melelahkan, dan sejenisnya, semua itu hanya akan memperpanjang masa keterpurukan pendidikan. Maka, harus ada keberanian melakukan perubahan atau merevolusi pendidikan untuk menyesuaikan dengan tuntutan dan perubahan zaman yang semakin cepat.
Generasi ke depan, oleh karena mereka akan hidup pada dunia yang semakin sempit, persaingan semakin tajam, tantangan semakin bervariasi, perubahan semakin cepat, maka mereka akan lebih menggunakan akal dibanding otot. Pendidikan pun harus menyesuaikan dengan tuntutan tersebut. Memberikan pelajaran yang sekiranya tidak diperlukan oleh generasi yang hidup pada zaman sebagaimana digambarkan tersebut hanya akan menambah kesengsaraan generasi mendatang.
Atas kenyataan sebagaimana digambarkan tersebut pula, maka cara memandang pendidikan, cara memandang anak-anak, cara memandang bahan pelajaran, dan lain-lain juga harus diubah. Pendidikan yang sekedar hanya memberikan informasi yang tidak akan terjadi lagi dan juga tidak akan diperlukan, maka hanya akan merugikan para siswa. Para siswa dan mahasiswa harus dilihat dalam perspektif dunia mendatang dengan berbagai macam ciri-cirinya sebagaimana digambarkan di muka.
Kemampuan membaca dan mencipta harus dikedepankan dibanding sekedar mengenalkan kehidupan generasi yang sudah lewat. Pendidikan harus berorientasi ke depan dan bukan ke belakang. Cara berpikir dan bekerja yang diajarkan di sekolah dan di kampus harus disesuaikan dengan tuntutan zaman. Pendidikan tidak semestinya diformat bagaikan penjara, tetapi seharusnya dibuat sebagai tempat berlatih hidup di masa depan yang penuh dengan berbagai tantangan yang semakin rumit, cepat berubah, dan menuntut jawaban yang cepat dan tepat.
Pendidikan seharusnya memberikan bekal kepada generasi ke depan agar mampu bertahan dan bahkan menang di tengah persaingan yang semakin keras, luas, dan bervariatif. Memanjakan generasi masa depan dengan mengembangkan pendidikan ala kadarnya, hanya berorientasi formalitas, kurang memberi tantangan, dan sejenisnya, maka sama artinya dengan membiarkan bangsa ini ke depan menjadi mangsa bagi bangsa-bangsa lain yang lebih cerdas, berani, dan menyukai tantangan. Bangsa ini ke depan harus menang, maka generasi ke depan harus dibekali berbagai kekuatan, yaitu ilmu pengetahuan, teknologi, dan kemampuan profesional sebagai bekal untuk memenangkan persaingan yang semakin keras itu. Wallahu a�lam
Sumber : Imamsuprayogo.com