Agama selalu mengajak umatnya mengenal tentang
siapa tuhannya dan bagaimana seharusnya beribadah, berbuat baik kepada
sesama dan juga lingkungannya. Orang beragama tidak diperbolehkan
untuk merusak, mengganggu, dan menyakiti orang lain. Antar sesama harus
saling mengenal, menghargai, saling menyayangi, dan bertolong menolong.
Dalam Islam perilaku yang demikian itu disebut sebagai rakhmat bagi
seluruh alam.
Jika ajaran agama sebagaimana digambarkan tersebut, tidak terkecuali Islam, maka umat Islam akan menjadi yang terbaik. Umat Islam akan selalu menjalin komunikasi dengan Tuhan melalui ibadah yang dijalankan sehari-hari, shalat misalnya. Mereka juga akan menjaga hubungan baik dengan sesama. Hubungan dimaksud didasari oleh rasa kasih sayang sebagaimana Islam mengajarkannya.
Lebih jauh lagi, kepada umat beragama diajarkan agar ketiga jenis kegiatan yang ada pada dirinya, yaitu pada hatinya, pada ucapannya, dan pada tindakannya harus padu atau sama. Apa saja yang diucapkan adalah menggambarkan suara hatinya. Demikian pula, apa yang dilakukan adalah sesuai dengan apa yang diucapkan dan bahkan juga sesuai dengan suara batinnya. Umat beragama tidak dibolehkan bersikap mendua, yakni selalu berbeda antara apa yang diucapkan dengan apa yang dilakukannya.
Berbohong adalah tindakan yang bertentangan dengan ajaran Islam. Hal demikian indah itu digambarkan melalui perilaku Nabi Muhammad saw., dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai pembawa ajaran Islam, Nabi di antaranya selalu jujur, menunaikan amanah, dan memenuhi janjinya. Oleh karena itu, sebagai penganut Nabi tidak diperbolehkan berbuat bohong, bersumpah palsu, dan mengkhianati janjinya. Manakala perilaku tidak terpuji itu dilakukan maka yang bersangkutan dipandang sebagai bukan orang Islam yang baik.
Selain hal tersebut, umat Islam juga diharuskan supaya menjauhkan dirinya dari sifat sombong, riya�, melakukan permusuhan, memfitnah, dendam terhadap orang lain, tamak atau berlebih-lebih-lebihan dalam banyak hal, berprasangka buruk, bakhil, berdusta, berperilaku tidak adil, dan sejenisnya. Semua hal itu adalah merupakan pintu kesesatan dan dosa, sehingga seharusnya selalu dihindari.
Menghindari perbuatan buruk dan dosa tersebut bukan perkara mudah. Berbagai jenis ibadah yang seharusnya dilakukan oleh umat Islam, di antaranya adalah untuk mencegah perbuatan buruk dan dosa dimaksud. Berdzikir atau selalu ingat pada Allah, shalat, berpuasa, membayar zakat dan lainnya adalah agar orang mampu menghindarkan diri dari perbuatan dosa tersebut.
Namun rupanya, ibadah yang benar-benar berkualitas ternyata juga tidak mudah dilakukan. Masih banyak orang yang sehari-hari menjalankan shalat, tetapi perbuatan bohong, hasut, memfitnah, mengadu domba di antara sesama, berkhianat, dan lain-lain masih dijalankan. Seolah-olah antara shalat dan berbuatan terlarang boleh dijalankan berbarengan. Padahal, perbuatan baik tidak pernah bisa disatukan dengan perbuatan buruk. Jika demikian itu masih terjadi maka, shalatnya itu belum berhasil dilakukan secara benar.
Manakala ibadah yang dijalankan berhasil menjadi penyambung antara dirinya dengan Allah dan Rasul-Nya, atau berhasil dilakukan secara khusu�, maka shalat itu akan berpengaruh terhadap perilaku sehari-hari. Disebutkan di dalam al Qur�an bahwa manusia itu serba berkeluh kesah, kecuali orang yang shalat. Selain itu, shalat juga mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Manakala antara keduanya berjalan bersamaan, yakni menjalankan shalat tetapi juga selalu berbuat dosa, maka sebenarnya menjadi pertanda bahwa shalatnya masih perlu ditingkatkan kualitasnya.
Seringkali ada saja orang berdebat tentang tata cara shalat dan bahkan hingga saling menyalahkan , menjatuhkan, dan bahkan menghina. Padahal perbuatan yang demikian itu sebenarnya tidak boleh dilakukan. Menyakiti hati dan menghina kepada siapapun tidak dibolehkan, apalagi terkait dengan ibadah shalat. Shalat dijalankan agar yang bersangkutan menjadi berakhlak mulia. Melalui shalat, atau beragama, diharapkan agar berperilaku baik, dan bukan sebaliknya, yaitu beragama justru menjadikan di antara sesama saling bertengkar, menghina dan menjatuhkan. Tentu tidak boleh begitu. Beragama agar mampu menjaga persatuan, dan bukan sebaliknya, yaitu justru bertengkar dan bermusuhan.Wallahu a�lam