Kita seringkali berasumsi, bahwa kehidupan ini berjalan linier atau seperti garis lurus, sehingga bisa dihitung secara pasti. Gambaran seperti itu ternyata tidak selalu benar. Banyak variabel yang berpengaruh terhadap jalannya kehidupan, baik yang mudah diprediksi maupun yang datang secara tiba-tiba di luar perhitungan sebelumnya, sehingga kehidupan sulit diprediksi itu. Manusia biasanya tidak mau memperhitungkan hingga detail terkait resiko. Sebaliknya, lebih menyukai pada hal-hal yang menguntungkan. Rupanya hal itu sesuai dengan naluri manusia, ialah suka menghitung apa saja yang menyenangkan, dan kurang peduli sesuatu yang merugikan.
Petani di pedesaan, tatkala memulai menanam dalam pikirannya berapa keuntungan yang akan diperoleh. Hitungan itu mendasarkan pengalaman pada masa sebelumnya. Melalui kebiasaan itu, mereka memprediksi hasil panen yang akan diperoleh, sekalipun mereka sadar bahwa hasil yang diharapkan itu, tidak selalu benar-benar terwujud. Apa yang dihitung atau dikalkulasi itu manakala semua berjalan normal. Jika keadaan berubah, atau ada sesuatu yang mengganggu tanamannya, misalnya datang hama, terjadi perubahan cuaca atau bencana alam, dan lain-lain, maka hitungan dimaksud tidak akan terwujud.
Demikian pula para peternak. Keuntungan dari usahanya juga bisa dihitung. Akan tetapi, sama halnya dengan petani, manakala terjadi hal-hal di luar prediksinya, misalnya datang penyakit hewan, kesalahan memberi makanan, terjadi bencana alam yang merusak lingkungan termasuk ternak, maka keuntungan peternak yang telah dihitung secara matematis menjadi berubah semuanya. Peternak tidak saja tidak beruntung, melainkan harus menanggung kerugian dari gagalnya semua yang diusahakan itu.
Lebih rumit lagi adalah ketika mengkalkulasi masa depan kehidupan seseorang atau masyarakat. Tidak sebagaimana tumbuhan dan binatang, gangguan hanya sebatas sesuatu yang bersifat fisik, misalnya penyakit, bencana alam, dan sejenisnya. Menyangkut kehidupan manusia ancaman yang berpengaruh bisa berasal dari dua sumber sekaligus, yaitu dari aspek fisik dan juga aspek psikisnya. Pengaruh yang bersifat fisik, serupa dengan tumbuhan dan hewan, tetapi selain itu masih ditambah lagi dengan dari faktor dalam diri manusia itu sendiri. Faktor di dalam itu berupa orientasi berpikir masing-masing orang yang selalu berbeda, nafsu yang tidak terkendali, dan bahkan juga keadaan sosial yang berubah-ubah.
Para pemimpin di berbagai bidang dan tingkatannya selalu mengajak untuk melihat dan merencanakan keadaannya di masa depan. Dilakukan kalkulasi terkait dengan kebutuhan keahlian dan kopentensi yang harus disediakan. Namun pada kenyataannya yang terjadi tidak akan sesuai dengan apa yang dirancang itu. Merancang tentang kebutuhan orang selalu tidak mudah. Bahkan hingga perguruan tinggi sekalipun di dalam mengembangkan bidang keilmuan juga berusaha dikaitkan dengan kebutuhan, bahkan komptensi yang seharusnya dipenuhi. Akan tetapi, lagi-lagi pada kenyataannya yang tejadi tidak selalu sesuai dengan rancangan itu. Mereka yang diluluskan tidak selalu menekuni bidang yang dirancang itu.
Sejarah manusia tidak pernah berjalan linier hingga akibatnya sulit diprediksi dan juga dikalkulasi. Seorang kaya dan memiliki posisi penting dan terhormat di tengah masyarakat, seharusnya anak-anaknya akan mampu menggantikan dan atau bahkan menduduiki posisi lebih tinggi. Ternyata apa yang terjadi tidak selalu demikian itu. Bahkan sebaliknya, anaknya orang biasa berasal dari pedesaan, berhasil meraih posisi-posisi penting, mengalahkan orang yang dari berbagai aspeknya dipandang lebih luas peluangnya. Variabel yang menyangkut manusia selalu sedemikian banyak dan rumit.
Mengingat kembali sejarah bangsa ini, dapat diketahui bahwa, dulu tidak ada orang yang mampu memprediksi tentang apa yang terjadi sekarang ini. Kekuatan politik sudah diatur dan dirancang sedemikian rupa. Namun ternyata, keadaan itu berubah total. Kekuasaan menjadi berbalik. Orang-orang yang tidak pernah diperhitungkan sebelumnya berhasil menduduki posisi penting dalam politik. Mereka menjadi anggota DPRD, DPR, Bupati, Walikota, Gubernur, Menteri, hingga Presiden dan Wakil Presiden. Keadaan sekarang ini kiranya tidak ada orang yang memperkirakan sebelumnya. Memang, mengkalkulasi kehidupan tumbuhan dan binatang saja sulit, maka apalagi menyangkut manusia. Semua yang terjadi adalah semata-mata merupakan kehendak Tuhan. Wallahu a�lam.
Petani di pedesaan, tatkala memulai menanam dalam pikirannya berapa keuntungan yang akan diperoleh. Hitungan itu mendasarkan pengalaman pada masa sebelumnya. Melalui kebiasaan itu, mereka memprediksi hasil panen yang akan diperoleh, sekalipun mereka sadar bahwa hasil yang diharapkan itu, tidak selalu benar-benar terwujud. Apa yang dihitung atau dikalkulasi itu manakala semua berjalan normal. Jika keadaan berubah, atau ada sesuatu yang mengganggu tanamannya, misalnya datang hama, terjadi perubahan cuaca atau bencana alam, dan lain-lain, maka hitungan dimaksud tidak akan terwujud.
Demikian pula para peternak. Keuntungan dari usahanya juga bisa dihitung. Akan tetapi, sama halnya dengan petani, manakala terjadi hal-hal di luar prediksinya, misalnya datang penyakit hewan, kesalahan memberi makanan, terjadi bencana alam yang merusak lingkungan termasuk ternak, maka keuntungan peternak yang telah dihitung secara matematis menjadi berubah semuanya. Peternak tidak saja tidak beruntung, melainkan harus menanggung kerugian dari gagalnya semua yang diusahakan itu.
Lebih rumit lagi adalah ketika mengkalkulasi masa depan kehidupan seseorang atau masyarakat. Tidak sebagaimana tumbuhan dan binatang, gangguan hanya sebatas sesuatu yang bersifat fisik, misalnya penyakit, bencana alam, dan sejenisnya. Menyangkut kehidupan manusia ancaman yang berpengaruh bisa berasal dari dua sumber sekaligus, yaitu dari aspek fisik dan juga aspek psikisnya. Pengaruh yang bersifat fisik, serupa dengan tumbuhan dan hewan, tetapi selain itu masih ditambah lagi dengan dari faktor dalam diri manusia itu sendiri. Faktor di dalam itu berupa orientasi berpikir masing-masing orang yang selalu berbeda, nafsu yang tidak terkendali, dan bahkan juga keadaan sosial yang berubah-ubah.
Para pemimpin di berbagai bidang dan tingkatannya selalu mengajak untuk melihat dan merencanakan keadaannya di masa depan. Dilakukan kalkulasi terkait dengan kebutuhan keahlian dan kopentensi yang harus disediakan. Namun pada kenyataannya yang terjadi tidak akan sesuai dengan apa yang dirancang itu. Merancang tentang kebutuhan orang selalu tidak mudah. Bahkan hingga perguruan tinggi sekalipun di dalam mengembangkan bidang keilmuan juga berusaha dikaitkan dengan kebutuhan, bahkan komptensi yang seharusnya dipenuhi. Akan tetapi, lagi-lagi pada kenyataannya yang tejadi tidak selalu sesuai dengan rancangan itu. Mereka yang diluluskan tidak selalu menekuni bidang yang dirancang itu.
Sejarah manusia tidak pernah berjalan linier hingga akibatnya sulit diprediksi dan juga dikalkulasi. Seorang kaya dan memiliki posisi penting dan terhormat di tengah masyarakat, seharusnya anak-anaknya akan mampu menggantikan dan atau bahkan menduduiki posisi lebih tinggi. Ternyata apa yang terjadi tidak selalu demikian itu. Bahkan sebaliknya, anaknya orang biasa berasal dari pedesaan, berhasil meraih posisi-posisi penting, mengalahkan orang yang dari berbagai aspeknya dipandang lebih luas peluangnya. Variabel yang menyangkut manusia selalu sedemikian banyak dan rumit.
Mengingat kembali sejarah bangsa ini, dapat diketahui bahwa, dulu tidak ada orang yang mampu memprediksi tentang apa yang terjadi sekarang ini. Kekuatan politik sudah diatur dan dirancang sedemikian rupa. Namun ternyata, keadaan itu berubah total. Kekuasaan menjadi berbalik. Orang-orang yang tidak pernah diperhitungkan sebelumnya berhasil menduduki posisi penting dalam politik. Mereka menjadi anggota DPRD, DPR, Bupati, Walikota, Gubernur, Menteri, hingga Presiden dan Wakil Presiden. Keadaan sekarang ini kiranya tidak ada orang yang memperkirakan sebelumnya. Memang, mengkalkulasi kehidupan tumbuhan dan binatang saja sulit, maka apalagi menyangkut manusia. Semua yang terjadi adalah semata-mata merupakan kehendak Tuhan. Wallahu a�lam.
- Sumber : Imamsuprayogo.com