Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Kenapa Tito, Pak? Ini Alasan Penunjukkannya sebagai Kapolri

Kamis, 16 Juni 2016 | 11.56 WIB Last Updated 2016-06-16T04:56:13Z
Presiden Joko Widodo telah menggunakan hak prerogatif-nya dalam menunjuk (calon) Kapolri. Foto: dok/JPNN.com
JAKARTA - Penunjukan Komjen Tito Karnavian sebagai calon Kapolri cukup mengejutkan publik. Selama ini, pilihan yang selalu jadi omongan hanya memperpanjang masa tugas Badrodin Haiti, atau memilih Budi Gunawan.

Nyatanya, Rabu (15/6), Presiden Joko Widodo yang memang sering unpredictable, menyodorkan nama Tito, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai calon tunggal Kapolri ke DPR.

Jokowi tampaknya tidak mau terjebak dalam dua pilihan tadi. Penunjukan Tito tersebut tentu mengejutkan. Bukan karena kapasitas jenderal kelahiran Palembang itu diragukan, namun pemilihan Tito telah mendobrak tradisi dalam pergantian Kapolri yang selalu memperhatikan faktor senioritas.

Pilihan Jokowi terhadap Tito yang merupakan lulusan terbaik Akademi Kepolisian (Akpol) 1987 telah melangkahi empat angkatan Akpol sekaligus yang notabene merupakan seniornya, mulai Akpol 1983 hingga 1986.

Yang lebih menarik, di antara empat angkatan yang dilangkahi Tito, ada satu sosok yang selama ini dipandang cukup berpengaruh, yakni Wakapolri Komjen Budi Gunawan. Karena itu, banyak pihak yang waswas akan terancamnya soliditas Polri atas pemilihan Tito.

Surat pengajuan Tito sebagai Kapolri ke DPR diantar Mensesneg Pratikno kemarin pagi. Saat di­konfirmasi, Juru Bicara Presiden Johan Budi S.P. membenarkan adanya pengiriman surat tersebut.

Dia menjelaskan, dalam memilih Tito, presiden sudah merujuk pada UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri.

Johan juga mengingatkan, penunjukan sosok Kapolri sepenuhnya merupakan wewenang dan hak prerogatif presiden. ''Meski demikian, dalam menunjuk Tito, presiden juga lebih dahulu mendengar masukan berbagai pihak,'' kata Johan.

 JAKARTA - Penunjukan Komjen Tito Karnavian sebagai calon Kapolri cukup mengejutkan publik. Selama ini, pilihan yang selalu jadi omongan hanya memperpanjang masa tugas Badrodin Haiti, atau memilih Budi Gunawan.

Nyatanya, Rabu (15/6), Presiden Joko Widodo yang memang sering unpredictable, menyodorkan nama Tito, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai calon tunggal Kapolri ke DPR.

Jokowi tampaknya tidak mau terjebak dalam dua pilihan tadi. Penunjukan Tito tersebut tentu mengejutkan. Bukan karena kapasitas jenderal kelahiran Palembang itu diragukan, namun pemilihan Tito telah mendobrak tradisi dalam pergantian Kapolri yang selalu memperhatikan faktor senioritas.

Pilihan Jokowi terhadap Tito yang merupakan lulusan terbaik Akademi Kepolisian (Akpol) 1987 telah melangkahi empat angkatan Akpol sekaligus yang notabene merupakan seniornya, mulai Akpol 1983 hingga 1986.

Yang lebih menarik, di antara empat angkatan yang dilangkahi Tito, ada satu sosok yang selama ini dipandang cukup berpengaruh, yakni Wakapolri Komjen Budi Gunawan. Karena itu, banyak pihak yang waswas akan terancamnya soliditas Polri atas pemilihan Tito.

Surat pengajuan Tito sebagai Kapolri ke DPR diantar Mensesneg Pratikno kemarin pagi. Saat di­konfirmasi, Juru Bicara Presiden Johan Budi S.P. membenarkan adanya pengiriman surat tersebut.

Dia menjelaskan, dalam memilih Tito, presiden sudah merujuk pada UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri.

Johan juga mengingatkan, penunjukan sosok Kapolri sepenuhnya merupakan wewenang dan hak prerogatif presiden. ''Meski demikian, dalam menunjuk Tito, presiden juga lebih dahulu mendengar masukan berbagai pihak,'' kata Johan.

Sumber ; detik.com
×
Berita Terbaru Update