Kerincigoogle.com, Kerinci - Globalisasi Tidak harus 'Tenggelamkan' Budaya dan Khas masyarakat Kerinci. Seperti halnya, Minuman Khas Kerinci "Sbuk Kawo" Kopi Daun dan "Nasi Ndang" Nasi yang dioseng dalam kuali sebagai sarapan pagi.
Ditinggalkannya minuman dan sarapan pagi, yang menjadi khas masyarakat Kerinci ini, salah satu penyebabnya adalah perkembangan zaman. Sehingga perlu dibudayakan kembali. Selain itu, masih banyak budaya Khas Kerinci, yang perlu dibangun kembali.
Hal ini diungkapkan H. Murasman, mantan bupati Kerinci 2009-2014, disela- sela memenuhi undangan resepsi pernikahan salah seorang warga desa pasar Siulak gedang, kecamatan Siulak, beberapa waktu lalu.
"Ini budaya kita Kerinci, Minuman Khas kita Kerinci, Sbuk Kawo mesti kita pertahankan," ungkap H.Murasman, sambil menikmati suguhan minuman Sbuk Kawo.
Selain perlu dipertahankan, lanjut Murasman, juga harus disampaikan dengan anak cucu, sehingga bisa terjaga dan terus dikembangkan, meskipun globalisasi telah berkembang hingga kepelosok.
"Meskipun Zaman sudah serba Modern, namun budaya Kerinci, jangan kita tinggalkan, apalagi sampai hilang," sebut Murasman.
Penuturan Murasman, saat dirinya masih menjabat sebagai bupati Kerinci,
ada Dua khas dari kabupaten Kerinci yang di jadikan ikon dalam lomba di Jakarta, yaitu, Sbuk Kawo dan Nasi Ndang.
ada Dua khas dari kabupaten Kerinci yang di jadikan ikon dalam lomba di Jakarta, yaitu, Sbuk Kawo dan Nasi Ndang.
"Dalam perlombaan Sbuk Kawo Kerinci, berhasil menjadi nomor satu, makanya kita minta dipertahankan budaya ini, selain budaya-budaya yang lain," ungkap Murasman.
Sementara itu, salah seorang petani di desa Jujun, kecamatan Keliling danau, Kerinci, Safe'i, menyebutkan, makin hilangnya budaya Sbuk Kopi di Kerinci, selain perkembangan Zaman, juga banyak faktor lainnya, salah satu nilai bisnisnya.
Pengakuan Safe'i, hingga saat ini, dirinya masih menjadikan Sbuk Kopi sebagai minuman kesehariannya. Malah setiap hari, terutama dipagi hari, rumah miliknya, didatangi tertantangnya, untuk meminum Sbuk Kopi.
"Bahannya sudah sulit, sebab sudah tidak banyak lagi masyarakat yang menanam kopi, mungkin karena beberapa tahun lalu harga kopi sempat anjlok, sehingga petani banyak yang beralih ketanaman lain dan menebang kopinnya," ungkap dia.
Safe'i mengakui, kalau dirinya membuat Sbuk Kawo untuk kebutuhan dirinya dan beberapa tetangga. Namun, kalau untuk dijual tidak, pasalnya harganya sangat murah dan tidak sebanding. Selain itu, lanjut dia, bahannya juga sangat sulit.
"Saya buat dari Daun Kopi sendiri, daunnyapun tidak bisa daun sembarangan, harus daun yang kena matahari, kalau tidak ya rasanya tidak gurih, malah pahit", ungkapnya.
Lebih jauh dia, Sbuk Kopi Daun juga lebih nikmat kalau diminum didalam tempurung kelapa yang dibuat sepeti gelas. "Ya, biasanya kita minumnya dalam tempurung, meskipun kita punya gelas, sebabnya ya lebih enak saja dibanding dalam gelas", tandasnya. (hen/kerincigoogle)